Isnin, 14 September 2009

Penelitian Ilmiah: Menghafal Al-Qur'an Melindungi dari Stress

Riyadh (vioa-Islam) - Hasil Penelitian Ilmiah di Universitas al-Imam Muhammad bin Sa'ud al-Islamiyyah membuktikan ketika kadar hafalan al-Qur'an siswa meningkat maka akan meningkat pula kesehatan jiwanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. DR. Shalih bin Ibrahim, professor ilmu Kesehatan Jiwa, terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama, para mahasiswa-mahasiswi Universitas Malik abdul Aziz di Jeddah. Jumlah mereka 170 orang. Kelompok kedua, Para mahasiswa-mahasiswi Ma'had al-Imam asy-Syatibi li ad-Dirasah al-Qur'aniyyah, filial Universitas al-Khairiyah Litahfidzil Qur'an al Karim di Jeddah. Jumlah mereka sama, yaitu 170 orang.
"sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya. " HR. Bukhari
Para mahasiswa yang memiliki hafalan yang bagus memiliki kesehatan jiwa yang jauh lebih tinggi. Ada 70 penelitian umum dan Islam, seluruhnya menguatkan pentingnya dien untuk meningkatkan kesehatan dan ketentraman jiwa.
Sebuah penelitian di di Saudi juga menunjukkan peran al-Qur'an dalam meningkatkan kecerdasan bagi anak-anak sekolah dasar dan Pengaruh positif hafalan al Qur'an bagi kesuksesan akademik para mahasiswa.
Penelitian ini sebagai bukti nyata adanya hubungan antara beragama dengan berbagai fenomena hidup. Di antaranya yang paling urgen adalah menghafal al-Qur'an. Siswa yang memiliki hafalan al-Qur'an memiliki kesehatan jiwa yang lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswa yang tidak beragama dengan baik, atau tidak menghafalkan al-Qur'an sedikitpun atau hafalan mereka hanya surat-surat dan ayat-ayat pendek.
Penelitian tersebut berpesan agar menghafalkan al-Qur'an dengan sempurna bagi para siswa-siswi di tingkat universitas, untuk menghasilkan nilai positiv bagi kehidupan dan akademik mereka. Mendorong mereka melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan hal itu merupakan sarana terpenting untuk memperoleh kesehatan jiwa yang tinggi.
Penelitian itu juga menasihatkan kepada para guru agar meningkatkan standar hafalan bagi murid-murid mereka, walau dijadikan sebagai kegiatan ekstra kurikuler, karena memiliki manfaat dan pengaruh yang bagus untuk kesuksesan belajar dan kesehatan jiwa mereka.



KITA DI SISI AL-QURAN?

Salam kembali sahabat pengunjung semua,
Alhamdulillah, saya dapat juga menaip sedikit pengisian pada kali ini. Sekalipun sedang menikmati percutian di musim panas di tanah air (di Mesir cuti panjang pada musim panas) dan dihimpit masalah tiada line internet di rumah (biasanya ada, tapi semenjak pulang ke tanah air tiada line pula. Pelik!!!?) begitu juga bahan menulis yang ditinggalkan di Mesir, harap kesemua sahabat pengunjung memaafkan penulis.
Mudah-mudahan sedikit pengisian ini dapat meredakan semangat penantian sahabat sekalian.
Kali ini mari kita melihat akan satu hadis yang selalu didengari, dan kita bersama-sama akan membuat sedikit kajiselidik berkenaan hadis tersebut.
Hadisnya ialah seperti berikut:
Dari Saidina Usman bin 'Affan ra berkata, bersabda Rasulullah saw : "Sebaik-baik di antara kamu ialah mereka yang belajar al-Quran dan mengajarkannya".
(Rwy al-Bukhari, Abu Daud, al-Turmizi, al-Nasai dan Ibnu Majah)
Dalam banyak kitab hadis, menggunakan perkataan 'dan' di antara belajar dan mengajarkannya. Ini memberi maksud orang yang mempelajari al-Quran kemudian diikuti mengajarkannya mendapat ganjaran yang terbesar dan digolongkan dalam kumpulan sebaik-baik manusia yang beriman kerana hadis ini disabdakan oleh Baginda saw di hadapan para sahabat ra.
Namun terdapat juga sebahagian kitab hadis yang menggunakan perkataan 'atau' di antara dua perlakuan tersebut. Lantas memberi makna dengan demensi yang agak berbeza sedikit dari yang di atas iaitu "Yang terbaik di antara kamu ialah yang belajar al-Quran atau mengajarkannya".
Penilitian :
Di sini terdapat dua opsyen atau keadaan bila diperhati dari hadis di atas, iaitu :
1) Orang yang mempelajari al-Quran,
2)Orang yang mengajarkan al-Quran .
Pertama orang yang mempelajari al-Quran berkemungkinan samada dia hanya belajar untuk dirinya semata atau mungkin dia mampu untuk mengajarkan kembali apa yang dipelajari dari al-Quran kepada orang lain pula.
Namun kalau dilihat dari kacamata makna yang pertama (yang menggunakan perkataan 'dan') memberi maksud orang yang mempelajari hanya baru memasuki fasa pertama dari golongan 'sebaik-baik di antara kamu'. Dan untuk memasuki sepenuhnya ke dalam golongan itu perlulah dirinya menuju ke fasa yang kedua pula iaitu mengajarkannya pula, kalau tidak maka ia hanya mendapat setengah sahaja dari maksud hadis tersebut.
Hal ini sama dengan keadaan hadis yang berbunyi : "Bahawa kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihatNya, maka sekiranya kamu tidak (mampu) melihatNya maka Dia melihat kamu".
Dari kacamata makna yang kedua (yang menggunakan perkataan 'atau') dia sudah tergolong dalam golongan yang disabdakan Baginda saw sekalipun dia tidak mampu mengajarkan kembali kepada orang lain.
Kedua orang yang mengajarkannya sudah tentu termasuk ke dalam golongan sabda Baginda saw tersebut dari kedua-dua perbezaaan makna tersebut secara dasarnya.
Namun secara terperincinya perlulah ditimbangkan kembali dengan ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Rasulullah saw yang berkaitan samada dari segi niatnya, kuantiti dan kebarangkalian dia membelek al-Quran, ikatan akidahnya, sentuhan skop kalimah sahaja atau sekali dengan maksudnya, dan sebagainya. Samalah hal ini dengan keadaan mereka yang mempelajarinya.
Walaubagaimanapun penglibatan seorang mukmin itu dengan al-Quran tetap mendapat ganjaran yang besar dari Allah swt secara langsung. Dalam matan Ibnu al-Jazari menyebut : "Dan mereka (yang belajar, mengajar atau menghafaznya) di kalangan manusia adalah Ahlullah (ahli Allah)".
Disokong dengan satu hadis Rasulullah saw yang lain yang diriwayatkan dari Said Ibnu Salim : "Jikalau seseorang yang telah mendapat ilmu mengenai al-Quran lalu menganggap orang lain yang diberi dengan kelebihan selain al-Quran lebih bernasib baik dari dirinnya , maka dia telah menunjukkan sikap tidak hormatnya kepada rahmat Allah swt yang telah diturunkan kepadanya...".
Mulla Ali al-Qori menukil dari hadis yang lain bahawa siapa memperolehi ilmu al-Quran, maka dia menyimpan ilmu kenabian di dadanya.
Sahabat pengunjung sekalian,
Apalah bukti kita cintakan Allah swt sekiranya kita tidak sudi membaca surat cinta Allah swt selalu. Buat apalah kita katakan hanya ada Allah di dalam hati kita kalau kita lebih suka membaca surat cinta atau ayat-ayat pesanan ringkas makhluk setiap hari dan setiap ketika berbanding surat cinta Allah hanya sekali dalam setahun (ketika tadarus di bulan Ramadhan).
Sahl Tastari berkata bahawa bukti cinta kepada Allah adalah dengan wujudnya cinta terhadap Perkataan Allah di dalam hati seseorang itu.
Jadi, fikir-fikirkan...